Riwayat Hidup DR I. L Nommensen
Sosok
Anak Manusia yang memiliki keberanian, kesungguhan, ketulusan dan jiwa
petualang, ada pada diri Ingwer Ludwig
Nommensen. Dibesarkan dibawah budaya barat, nommensen berani menetapkan Pilihan
untuk mendatangi dunia lain yang sama sekali berbeda, jauh dan penuh misteri
Tanah Batak.
Berbekal
sebagai seorang Theolog muda, menerima tantangan untuk mendedikasikan ilmu,
iman dan pengabdiaannya bagi bangso Batak, yang hanya diketahui dari berbagai
buku literatur yang terbatas dan dengar-dengaran dari sumber-sumber yang belum
tentu teruji kemampuannya dalam menggambarkan sifat, sikap dan alam batak, nun
jauh dari timur.
Tentu
melihat ini kita diminta untuk memutar roda waktu ke tahun 1861, dengan segala
keterbatasannya, tanpa kecanggihan transportasi dan alat komunikasi. Terbukti,
untuk tiba ditempat yang akan ditujunya menghabiskan waktu 142 hari, yang saat
ini dapat kita tempuh hanya 11 jam kurang lebih.
Perbedaan
budaya, bahasa dan agama tidak menyurutkan niatnya untuk memulai “pengabdian”
ditengah perlawanan dan ancaman Bangsa batak yang belum terbiasa menerima
kehadiran “orang aneh” yang berlainan bahasa, pola hidup, warna kulit, mata dan
rambutnya.
Kesungguhan
dan keteguhan Nommensen, terbukti mampu memenangkan penolakanbesar Bangso Batak
yang berbuajh pada dimulainya era baru bagikehidupan sosial, dan spiritual,
hingga berimplikasi luas pada tatanan mayoritas Batak. Pendekatan sosial
religius, tidak terpungkiri mewarnai kehidupan sebagian besar diantara kita
saat ini.
Nommensen
Sang Peretas!
Tidak
hanya sekedar dikenang, nostalgia masa lalu tentu ada pelajaran besar dari
penggalan perjalanan hidup Nommensen. Untuk itu perlu kita ketahui
Tahun 1834, tanggal 6 Februari
Ingwer
Ludwig Nommensen lahir di Nortdstrand, pulau kecil dipantai perbatasan Denmark
dan Jerman. Dia anak pertama dan lelaki satu satunya dari empat orang
bersaudara. Ayahnya Peter dan ibunya Anna adalah keluarga yang sangat miskin
didesanya. Sejak kecil dia sudah tertarik dengan cerita gurunya Callisen
tentang Missionar yang berjuang untuk membebaskan keterbalakangan, perbudakan
pada anak-anak miskin
Tahun 1846 pada umur 12 tahun
Kedua
kakinya sakit parah karena kecelakaan kereta kuda pulang dari sekolah. Selama
setahun lebih tidak dapat berjalan, kakinya hampir diamputasi. Dia berjanji
kepada Tuhan bahwa akan menjadi missionar apabila kedua kakinya sembuh kembali.
Dia akan pergi jauh untuk membebaskan anak-anak miskin yang budak karena hutang
orang tuanya, dia akan memberitakan Firman Tuhan kepada palbegu yang sangat
terbelakang sebagaimana sering diceritakan Callinsen yang sangat dikaguminya.
Tahun 1847
Kedua
kakinya sembuh secara ajaib, dia dapat berjalan seperti sediakala. Dia kembali
ke sekolah pada musim winter (musim dingin) karena pada musim summer dia akan
menjadi gembala domba untuk menerima upahan karena orang tuanya sangat miskin.
Tahun 1848, tanggal 2 Mei
Ayahnya
Peter Nommensen meninggal dunia. Ingwer Ludwig Nommensen sebelumnya bermimpi
akan kehilangan ayahnya, maka ia tidak terkejut ketika orang membawa ayahnya ke
rumah yang meninggal di tempat kerjanya.
Tanggal 1849
Pada
umur 15 Tahun (suatu pengecualian), dia mendapat sidi. Biasanya, orang akan
diijinkan mendapat sidi pada umur 17 Tahun. Namun, karena Ingwer Ludwig
Nommensen sudah tidak ada obahnya seperti ayah dari segi tanggung jawab kepada
keluarga maka diberi pengecualian kepadanya dia mendapat sidi setelah setahun
belajar Alkitab.
Tahun 1854
Ibu
Ingwer Ludwig Nommensen merestui anaknya, satu satunya lelaki diantara empat
orang bersaudara, menjadi seorang misionar.
Tahun 1857
Ingwer
Ludwig Nommensen masuk sekolah pendeta di RMG Barmen setelah menunggu sekian
lama. Tahun 1858. Januari Ibunya meninggal dunia di Nordstrand.
Tahun 1859
4
orang Misionar RMG Barmen serta 3 orang isteri terbunuh di Borneo, berita itu
semakin menggugah hati Ingwer Ludwig Nommensen untuk pergi kedaerah palbegu.
Tahun 1861, 7 oktober
Berdiri
HKBP (Huria Batak Kristen Protestan) di Praosorat Sipirok, sebagai permulaan
Misi Kongsi Barmen di Tanah Batak. Hari
itu terjadi kesepakatan 4 rang Misionar Belanda dan Jerman yaitu :
H
(Heine) K (Klammber) B (Betz) P (Van Asselt) menjadi penginjil atas tanggung
jawab Rheinische Missionsgeselshaft dari Barmen, Wupertal, Jerman, yang lazim
yang disebut kongsi Barmen.
Tahun 1861, Oktober
Ingwer
Ludwig Nommensen ditasbihkan sebagai pendeta dan langsung diberangkatkan oleh
Missi Barmen Menjadi Missionar ke Tanah Batak, tetapi selama 2 Bulan dia masih
belajar bahasa Batak dan Budaya dari Dr. Van Der Tuuk di Belanda.
Tahun 1861, Desember
Ingwer
Ludwig Nommensen berangkat dari Amsterdam menuju Sumatera dengan Kapal
Pertinar, Pelayaran itu memakan waktu
selama 142 hari.
Tahun 1862, 14 Mei
Setelah
mengalami banyak cobaan dilautan, Ingwer Ludwig Nommensen mendarat di Padang,
selanjutnya dia tinggal di barus. (Kapal Pertinar kemudian tenggelam dalam lanjutan pelayaran kearah timur di
sekitar Laut Banda dekat Irian Barat).
Tahun 1862, November
Bersama
beberapa orang Batak, mengadakan perjalanan ke pedalaman Sumatera melalui Barus
dan Tukka. Dari Barus, Inwer Ludwig Nommensen pergi ke Prausorat dan kemudian
tinggal dengan Van Asselt di Sarulla.
Tahun 1863, November
Ingwer
Ludwig Nommensen pertama kali mengunjungi lembah Siliddung, dia berdoa di Bukit
Siatas Barita, disekitar Salib Kasih Sekarang. “Tuhan, hidup atau mati saya
akan bersama bangsa ini untuk memberitakan FirmanMu dan KerajaanMu, Amin!”
Tahun 1864, Mei
Ingwer
Ludwig Nommensen diijinkan memulai misinya ke Siliddung, sebuah lembah yang
indah dan banyak penduduknya.
Tahun 1864, Juli
Inwer
Ludwig Nommensen membangun rumahnya yang sangat sederhana di Saitnihuta setelah
mengalami perjuangan yang sangat berat.
Tahun 1864, 30 Juli
Ingwer
Ludwig Nommensen menjumpai Raja Panggalamei ke Pintubosi, Lobuphining. Raja
Panggalamei beserta rombongannya 80 orang membunuh Pendeta Hendry Lyman dan
Samuel Munson (misionar yang diutus oleh Zending Gereja Baptis dari Amerika) di
sisangkak, Lobuphining pada tahun 1834, bertepatan dengan tahun lahirnya Ingwer
Ludwig Nommensen Di Eropa.
Tahun 1864, 25 September
Ingwer
Ludwig Nommensen mau dipersembahkan ke Sombaon Siatas Barita dionan
persembahan. Inwer Ludwig Nommensen tegar menghadapi tantangan ini, dia berdoa,
angin puting beliung dan hujan deras membubarkan pesta besar tersebut. Ingwer
Ludwig Nommensen selamat, sejak saat itu terbuka jalan akan firman Tuhan di
negeri yang sangat kejam dan buas, Ingwer Ludwig Nommensen pantas dijuki
“Apostel di Tahah Batak”
Tahun 1865, 27
Agustus
Pembabtisan
pertama di Silindung terhadap empat pasang suami beserta 5 orang anak-anaknya.
Diantaranya keluarga yang dibabtis pertama adalah Si Jamalayu yang diberi nama
Johannes dengan istrinya yang dibawa dari Sipirok sebagai pembantu Ingwer
Ludwig Nommensen diberi nama Katharina.
Tahun1866, 16 Maret
Ingwer
Ludwig Nommensen diberkati menjadi suami-isteri dengan tunangannya Karoline di
Sibolga. Karoline datang dari Jerman beserta rombongan pdt. Johansen yang
dikirim Kongsi Barmen untuk membantu Ingwer Ludwig Nommensen di Silindung.
Tahun 1871
Ingwer
Ludwig Nommensen mengalami penyakit disentri yang sangat parah, dia pasrah
untuk pergi menghadap Tuhannya tetapi dia tidak rela misinya berhenti begitu
saja. Dia dibawa Johansen Berobat ke Sidimpuan.
Tahun 1872
Pargodungon
Saitnihuta yang disebut Huta Dame pindah ke Pearaja. Setelah Gereja baru hampir selesai dibangun putri pertama Ingwer
Ludwig Nommensen yang bernama Anna meningal dunia. Keluarga Ingwer Luwig
Nommensen telah kehilangan dua anak pertama, sungguh ujian berat bagi misionar
dalam memulai misinya.
Tahun 1873
Sikola
mardalan dalan (Sekolah dengan tidak tetap) diciptakan Ingwer Ludwig Nommensen
agar Orang Batak bisa secepatnya menjadi guru. Siswa mendatangi Ingwer Ludwig Nommensen di
Pearaja, johansen di Pansutnapitu dan Mohri di Sipoholon dimana para misionar
tersebut bertugas, Atau, misionar mendatangi siswanya ditempat tertentu.
Tahun 1875
Misionar
Ingwer Ludwig Nommensen, bersama Johansen dan Simoneit kerknjung ke Toba. Tahun
1876 telah dibabtis lebih dari 7000 orang di Silindung.
Tahun 1876
Ingwer
Ludwig Nommensen selesai menterjemahkan Perjanjian Baru ke Dalam Bahasa Batak
Toba.
Tahun 1877
Ingwer
Ludwig Nommensen dan Johansen mendirikan Sekolah Guru Zending di Pansurnapitu.
Tempat berdirinya sekolah tersebut adalah tempat yang dulunya dikenal sebagai
Pasombaonan (tempat angker), yang sekarang tempat berdinya STM Pansurnapitu dan
Gereja HKBP Pansurnapitu.
Tahun 1880
Ingwer
Ludwig Nommensen beserta istri dan anak-anaknya pergi ke Eropah. Mereka diantar
oleh orang sampai ketengah hutan. Mereka
berjalan kaki selama dua hari dari Silindung ke Sibolga, Menjalani jalan
setapak yang sangat sulit. Meraka menunggu keberangkatan dari Sibolga ke Padang
selam dua minggu.
Tahun 1881
Menjelang
Natal, Ingwer Ludwig Nommensen kembali ke Pearaja. Dia kembali sendirian,
istrinya tinggal di Jerman karena masih perlu
perawatan. Anak-anaknya juga tinggal disana agar bisa sekolah dengan
baik.
Tahun 1881
Kongsi
Barmen menetapkan Ingwer Nommensen menjadi Ephorus pertama HKBP, dia digelari
“Ompu i”
Tahun 1887
Karoline
isteri Ingwer Ludwig Nommensen, meninggal di jerman, sebulan kemudian baru
Ingwer Ludwig Nommensen mengetahuinya.
Tahun 1890
Ingwer
Ludwig Nommensen, memulai misinya ke Toba, Dia pindah ke Sigumpar.
Tahun 1891 bulam Mei
Christian,
anak ompu Ingwer Ludwig Nommensen, mati terbunuh di Pinang Sori oleh lima orang
kuli China di areal perkebunan.
Tahun 1892
Bersama
Pendeta Johansen yang juga sudah menduda pergi ke Jerman untuk berlibur,
menjenguk anak-anaknya, dan mencari pasangan baru untuk masing-masing misionar
yang telah menduda. Ingwer Ludwig Nommensen mendapatkan jodohnya anak Tuan
Harder yang bernama Chiristine, Johansen
mendapatkan jodohnya anak Tuan Heinrich yang Bernama Dora. Mereka Kembali ke
Tanah batak dengan masing-masing pasangan barunya.
Tahun
1990 Permulaan Zending Batak
Tahun
1903 Permulaan Misi Zending ke Medan
Tahun 1904
Fakultas
Thologia Universitas Bonn, Jerman menganugerahkan
gelar Doktor Honouris-Causa dibidang Theologi kepada Ingwer Ludwig Nommensen.
Dalam pengukuhan tersebut Ratu Wilhelmina dari belanda turut diundang sebagai
tamu.
Tahun 1905
Berkunjung
ke Eropah bersama Tuan Raitze, dia mengunjungi misi Zending Di Belanda dan
berkunjung kepada Ratu Wilhelmina.
Tahun 1909
Cristine
Harder, isteri Ingwer Ludwig Nommensen meninggal dunia, setelah melahirkan tiga
orang anak. Dia dimakamkan di Sigumpar. Dua anak perempuannya tinggal Di Jerman
dan belum menikah sewaktu Ompu Ingwer Ludwig Nommensen meninggal pada umur 84
Tahun.
Tahun 1911
·
Pesta Jubeleum 50 Tahun HKBP. Pesta
besar di onan sitaharu dihadiri puluhan ribu orang, ditempat dimana 47 tahun
sebelumnya Ingwer Ludwig Nommensen mau dibunuh dan dipersembahkan kepada
Sombaon Siatas Barita.
·
Ratu Wilhelmina dari Belanda
menganugerahkan Bintang Jasa “Order Of Orange Nassau” kepada DR. Ingwer Ludwig
Nommensen, sebuah bintang jasa yang dianugerahkan kepada orang orang yang
dianggap luar biasa jasanya di bidang kemanusiaan.
Tahun 1912
Berlibur
ke Eropah, kembali ke Tanah Batak bersama Tuan Pilgram yang telah lama bertugas
di Balige.
Tahun 1916
Nathanel
anak Ingwer Ludwig Nommenen, mati tertembak di arena perang dunia I di Prancis.
Tahun 1918, tanggal 23 Mei
Pukkul
enam pagi hari Kamis, Ompu Ingwer Ludwig Nommensen pergi menghadap Tuhannya Di
Sorga. Dia Menutup mata untuk selama lamanya setelah berdoa “Tuhan KepadaMU
kuserahkan rohku, Amin”.
Pada Jumat sore, 24 Mei 1918
Ompu
Ingwer Ludwig Nommensen dikubur di Sigumpar. Puluhan ribu datang melayatnya
untuk mengucapkan salam perpisahan. Ada berkata : inilah kumpulan manusia yang
paling banyak yang pernah terjadi di Tanah Batak.
Ringkasan
ini diambil dari buku : DR I.L Nommensen Apostel ditanah Batak.
No comments:
Post a Comment