Tuesday, January 13, 2015

Meniti peluang Indonesia Di Sudirman 2015

                  Meniti peluang Indonesia Di Sudirman 2015
Tahun 2015 sebentar lagi sudah didepan mata, banyak hal yang telah dilalui oleh  Bulutangkis di negeri kita ini, mulai dari berbagai kejuaraan Super Series, Super Series Premier, Grand prix ataupun Grand Prix Gold.

Disini penulis tertarik melihat peluang Indonesia di Piala Sudirman yang akan digelar sebentar lagi. Melihat dari sejarah, Indonesia adalah negara pertama penyelenggara Piala Sudirman, yang namanya diambil dari salah satu pahlawan kita  yaitu pada tahun 1989, kala itu Indonesia berhasil keluar sebagai pemenang, dan itu menjadi satu-satunya Piala Sudirman yang pernah  dimenangkan Indonesia didepan publik sendiri. Lalu bagaimana dengan bulutangkis kita sekarang ini, berkaca dari pengalaman  kita dari event-event sebelumnya terkadang kita hanya bisa sebagai penonton di partai puncak saat wakil negara kita tak satupun yang berhasil masuk ke partai final, masih segar diingatan kita bagaimana piala Thomas dan Uber yang dilakukan beberapa bulan yang lalu,  tim Thomas yang berada pada unggulan pertama dan digadang gadang akan membawa pulang Piala Thomas ke pangkuan Ibu Pertiwi justru harus puas dengan medali perunggu dimana tim kita harus kandas dengan tim Malasya 3-0 dibabak semifinal, meskipun malaysa juga harus puas diposisi runner up setelah ditumbangkan oleh tim Thomas Jepang yang keluar sebagai juara dan untuk pertama kalinya Negeri Sakura itu berhasil juara pada kejuaraan bergengsi  tersebut. Lalu bagaimana dengan kita, apakah nanti tim kita berhasil membawa pulang piala Sudirman untuk kedua kalinya, mengingat kita juga harus tersisih di penyisihan grup pada Piala Sudirman 2013 setelah kalah nyesek dari unggulan  satu Tiongkok dengan skor 3-2, ini merupakan poin paling kritis karena pada saat penyelenggaraan tersebut tidak ada satu negara yang berhasil mencuri  dua poin dari Tiongkok setelah di final Tiongkok melumat habis korea selatan 3-0 ini untuk kesembilan kalinya Tiongkok membawa pulang Piala Sudirman karena sejak tahun 1995 Tiongkok terus mendominasi dan hanya sekali kalah ditahun 2003 dari korea selatan, memang tidak dapat dipungkiri pemain-pemain Tiongkok seolah tidak pernah kehilangan regenerasi dan selalu kokoh bak tembok raksasa China yang selalu  berada dipunjak kejayaan bulutangkis dunia, seringkali dalam even-even besar Tiongkok bahkan sering sapu bersih semua gelar juara baik itu untuk tim putra maupun tim putri. Terlepas dari semua itu bagaimana regenerasi pemain kita, semenjak memasuki tahun duaribuan bulutangkis kita seolah olah sudah kehilangan taringnya, kita sudah tidak bisa lagi mendominasi bulutangkis dunia, meskipun beberapa atlet kita masih bisa berprestasi dalam kejuaraan-kejuaraan besar. Dan yang paling memprihatinkan yaitu pada sektor tunggal putri kita, mengingat sekarang ini sektor tunggal putri sudah sangat nihil gelar, berbeda sekali pada jamannya Susi Susanti yang saat itu mampu bersaing dengan pemain-pemain kelas dunia dan menjadikan beliau menjadi seorang legenda bulutangkis Indonesia dengan raihan berbagai gelar diantaranya empat kali juara All england, juara Olimpiade dan berbagai gelar juara lainnya. Sepeninggal Susi tunggal putri indonesia seolah mati suri, memang sempat ada namanya Mia Audina yang sudah berprestasi sejak umurnya masih sangat muda yakni sebagai penentu kemenangan Tim Uber Indonesia pada tahun 1994  saat berhadapan dengan China pada waktu itu dengan mengalahkan Zhang Ning. Namun kita tidak dapat berbuat banyak karena Mia juga harus hijrah ke Belanda setelah dia menikah dengan Orang belanda dan pindah kewarganegaraan. Sejak saat itu belum ada atlet putri kita yang mampu seperti Susi Susanti maupun Mia Audina, kita bahkan ketinggalan dengan negara tetangga seperti Thailand ataupun India dimana mereka mempunyai pemain-pemain yang sangat unggul dan bahkan mampu mengalahkan pemain-pemain Tiongkok. Terlepas dari semua itu baru saja kita melihat berakhirnya turnamen Axiata cup yang bilamana indonesia harus puas pada posisi runner up setelah kalah selisih poin dengan Thailand ini merupakan suatu pelajaran pada pelatihan bulutangkis kita supaya dapat mengorbitkan pemain-pemain yang mampu bersaing dalam kekuatan bulutangkis dunia dan mampu menyamai rekor yang dimiliki Tiongkok dengan titel sembilan kali juara piala Sudirman. Ini menjadi PR besar bagi pelatihan bulutangkis kita mengingat Piala Sudirman mempertandingkan semua partai yang ada didalam bulutangkis yakni Tunggal  putra, Tunggal Putri, Ganda Putra, Ganda Putri, dan Ganda Campuran jadi pembenahan buluutangkis itu harus meliputi semua sektor. Dengan ini diharapkan dengan pemerintahan yang baru bulu tangkis kita dapat berjaya kembali seperti masa keemasannya pada tahun 90-an dengan pembinaan yang semakin baik dan pembenahan dari semua sektor supaya olahraga dinegeri kita mampu bersaing dengan negara-negara lainnya didunia.