Thursday, December 4, 2014

Riwayat Hidup DR I. L Nommensen

Riwayat Hidup DR I. L Nommensen
Sosok Anak Manusia yang memiliki keberanian, kesungguhan, ketulusan dan jiwa petualang, ada  pada diri Ingwer Ludwig Nommensen. Dibesarkan dibawah budaya barat, nommensen berani menetapkan Pilihan untuk mendatangi dunia lain yang sama sekali berbeda, jauh dan penuh misteri Tanah Batak.
Berbekal sebagai seorang Theolog muda, menerima tantangan untuk mendedikasikan ilmu, iman dan pengabdiaannya bagi bangso Batak, yang hanya diketahui dari berbagai buku literatur yang terbatas dan dengar-dengaran dari sumber-sumber yang belum tentu teruji kemampuannya dalam menggambarkan sifat, sikap dan alam batak, nun jauh dari timur.
Tentu melihat ini kita diminta untuk memutar roda waktu ke tahun 1861, dengan segala keterbatasannya, tanpa kecanggihan transportasi dan alat komunikasi. Terbukti, untuk tiba ditempat yang akan ditujunya menghabiskan waktu 142 hari, yang saat ini dapat kita tempuh hanya 11 jam kurang lebih.
Perbedaan budaya, bahasa dan agama tidak menyurutkan niatnya untuk memulai “pengabdian” ditengah perlawanan dan ancaman Bangsa batak yang belum terbiasa menerima kehadiran “orang aneh” yang berlainan bahasa, pola hidup, warna kulit, mata dan rambutnya.
Kesungguhan dan keteguhan Nommensen, terbukti mampu memenangkan penolakanbesar Bangso Batak yang berbuajh pada dimulainya era baru bagikehidupan sosial, dan spiritual, hingga berimplikasi luas pada tatanan mayoritas Batak. Pendekatan sosial religius, tidak terpungkiri mewarnai kehidupan sebagian besar diantara kita saat ini.
Nommensen Sang Peretas!
Tidak hanya sekedar dikenang, nostalgia masa lalu tentu ada pelajaran besar dari penggalan perjalanan hidup Nommensen. Untuk itu perlu kita ketahui
Tahun 1834, tanggal 6 Februari
Ingwer Ludwig Nommensen lahir di Nortdstrand, pulau kecil dipantai perbatasan Denmark dan Jerman. Dia anak pertama dan lelaki satu satunya dari empat orang bersaudara. Ayahnya Peter dan ibunya Anna adalah keluarga yang sangat miskin didesanya. Sejak kecil dia sudah tertarik dengan cerita gurunya Callisen tentang Missionar yang berjuang untuk membebaskan keterbalakangan, perbudakan pada anak-anak miskin
Tahun 1846 pada umur 12 tahun
Kedua kakinya sakit parah karena kecelakaan kereta kuda pulang dari sekolah. Selama setahun lebih tidak dapat berjalan, kakinya hampir diamputasi. Dia berjanji kepada Tuhan bahwa akan menjadi missionar apabila kedua kakinya sembuh kembali. Dia akan pergi jauh untuk membebaskan anak-anak miskin yang budak karena hutang orang tuanya, dia akan memberitakan Firman Tuhan kepada palbegu yang sangat terbelakang sebagaimana sering diceritakan Callinsen yang sangat dikaguminya.
Tahun 1847
Kedua kakinya sembuh secara ajaib, dia dapat berjalan seperti sediakala. Dia kembali ke sekolah pada musim winter (musim dingin) karena pada musim summer dia akan menjadi gembala domba untuk menerima upahan karena orang tuanya sangat miskin.
Tahun 1848, tanggal 2 Mei
Ayahnya Peter Nommensen meninggal dunia. Ingwer Ludwig Nommensen sebelumnya bermimpi akan kehilangan ayahnya, maka ia tidak terkejut ketika orang membawa ayahnya ke rumah yang meninggal di tempat kerjanya.
Tanggal 1849
Pada umur 15 Tahun (suatu pengecualian), dia mendapat sidi. Biasanya, orang akan diijinkan mendapat sidi pada umur 17 Tahun. Namun, karena Ingwer Ludwig Nommensen sudah tidak ada obahnya seperti ayah dari segi tanggung jawab kepada keluarga maka diberi pengecualian kepadanya dia mendapat sidi setelah setahun belajar Alkitab.
Tahun 1854
Ibu Ingwer Ludwig Nommensen merestui anaknya, satu satunya lelaki diantara empat orang bersaudara, menjadi seorang misionar.
Tahun 1857
Ingwer Ludwig Nommensen masuk sekolah pendeta di RMG Barmen setelah menunggu sekian lama. Tahun 1858. Januari Ibunya meninggal dunia di Nordstrand.
Tahun 1859
4 orang Misionar RMG Barmen serta 3 orang isteri terbunuh di Borneo, berita itu semakin menggugah hati Ingwer Ludwig Nommensen untuk pergi kedaerah palbegu.
Tahun 1861, 7 oktober
Berdiri HKBP (Huria Batak Kristen Protestan) di Praosorat Sipirok, sebagai permulaan Misi  Kongsi Barmen di Tanah Batak. Hari itu terjadi kesepakatan 4 rang Misionar Belanda dan Jerman yaitu :
H (Heine) K (Klammber) B (Betz) P (Van Asselt) menjadi penginjil atas tanggung jawab Rheinische Missionsgeselshaft dari Barmen, Wupertal, Jerman, yang lazim yang disebut kongsi Barmen.
Tahun 1861, Oktober
Ingwer Ludwig Nommensen ditasbihkan sebagai pendeta dan langsung diberangkatkan oleh Missi Barmen Menjadi Missionar ke Tanah Batak, tetapi selama 2 Bulan dia masih belajar bahasa Batak dan Budaya dari Dr. Van Der Tuuk di Belanda.
Tahun 1861, Desember
Ingwer Ludwig Nommensen berangkat dari Amsterdam menuju Sumatera dengan Kapal Pertinar, Pelayaran itu memakan  waktu selama 142 hari.
Tahun 1862, 14 Mei
Setelah mengalami banyak cobaan dilautan, Ingwer Ludwig Nommensen mendarat di Padang, selanjutnya dia tinggal di barus. (Kapal Pertinar kemudian tenggelam  dalam lanjutan pelayaran kearah timur di sekitar Laut Banda dekat Irian Barat).
Tahun 1862, November
Bersama beberapa orang Batak, mengadakan perjalanan ke pedalaman Sumatera melalui Barus dan Tukka. Dari Barus, Inwer Ludwig Nommensen pergi ke Prausorat dan kemudian tinggal dengan Van Asselt di Sarulla.


Tahun 1863, November
Ingwer Ludwig Nommensen pertama kali mengunjungi lembah Siliddung, dia berdoa di Bukit Siatas Barita, disekitar Salib Kasih Sekarang. “Tuhan, hidup atau mati saya akan bersama bangsa ini untuk memberitakan FirmanMu dan KerajaanMu, Amin!”
Tahun 1864, Mei
Ingwer Ludwig Nommensen diijinkan memulai misinya ke Siliddung, sebuah lembah yang indah dan banyak penduduknya.
Tahun 1864, Juli
Inwer Ludwig Nommensen membangun rumahnya yang sangat sederhana di Saitnihuta setelah mengalami perjuangan yang sangat berat.
Tahun 1864, 30 Juli
Ingwer Ludwig Nommensen menjumpai Raja Panggalamei ke Pintubosi, Lobuphining. Raja Panggalamei beserta rombongannya 80 orang membunuh Pendeta Hendry Lyman dan Samuel Munson (misionar yang diutus oleh Zending Gereja Baptis dari Amerika) di sisangkak, Lobuphining pada tahun 1834, bertepatan dengan tahun lahirnya Ingwer Ludwig Nommensen Di Eropa.
Tahun 1864, 25 September
Ingwer Ludwig Nommensen mau dipersembahkan ke Sombaon Siatas Barita dionan persembahan. Inwer Ludwig Nommensen tegar menghadapi tantangan ini, dia berdoa, angin puting beliung dan hujan deras membubarkan pesta besar tersebut. Ingwer Ludwig Nommensen selamat, sejak saat itu terbuka jalan akan firman Tuhan di negeri yang sangat kejam dan buas, Ingwer Ludwig Nommensen pantas dijuki “Apostel di Tahah Batak”

Tahun 1865,  27  Agustus
Pembabtisan pertama di Silindung terhadap empat pasang suami beserta 5 orang anak-anaknya. Diantaranya keluarga yang dibabtis pertama adalah Si Jamalayu yang diberi nama Johannes dengan istrinya yang dibawa dari Sipirok sebagai pembantu Ingwer Ludwig Nommensen diberi nama Katharina.
Tahun1866, 16 Maret
Ingwer Ludwig Nommensen diberkati menjadi suami-isteri dengan tunangannya Karoline di Sibolga. Karoline datang dari Jerman beserta rombongan pdt. Johansen yang dikirim Kongsi Barmen untuk membantu Ingwer Ludwig Nommensen di Silindung.
Tahun 1871
Ingwer Ludwig Nommensen mengalami penyakit disentri yang sangat parah, dia pasrah untuk pergi menghadap Tuhannya tetapi dia tidak rela misinya berhenti begitu saja. Dia dibawa Johansen Berobat ke Sidimpuan.
Tahun 1872
Pargodungon Saitnihuta yang disebut Huta Dame pindah ke Pearaja. Setelah Gereja   baru hampir selesai dibangun putri pertama Ingwer Ludwig Nommensen yang bernama Anna meningal dunia. Keluarga Ingwer Luwig Nommensen telah kehilangan dua anak pertama, sungguh ujian berat bagi misionar dalam memulai misinya.
Tahun 1873
Sikola mardalan dalan (Sekolah dengan tidak tetap) diciptakan Ingwer Ludwig Nommensen agar Orang Batak bisa secepatnya menjadi guru. Siswa  mendatangi Ingwer Ludwig Nommensen di Pearaja, johansen di Pansutnapitu dan Mohri di Sipoholon dimana para misionar tersebut bertugas, Atau, misionar mendatangi siswanya ditempat tertentu.
Tahun 1875
Misionar Ingwer Ludwig Nommensen, bersama Johansen dan Simoneit kerknjung ke Toba. Tahun 1876 telah dibabtis lebih dari 7000 orang di Silindung.
Tahun 1876
Ingwer Ludwig Nommensen selesai menterjemahkan Perjanjian Baru ke Dalam Bahasa Batak Toba.
Tahun 1877
Ingwer Ludwig Nommensen dan Johansen mendirikan Sekolah Guru Zending di Pansurnapitu. Tempat berdirinya sekolah tersebut adalah tempat yang dulunya dikenal sebagai Pasombaonan (tempat angker), yang sekarang tempat berdinya STM Pansurnapitu dan Gereja HKBP Pansurnapitu.
Tahun 1880
Ingwer Ludwig Nommensen beserta istri dan anak-anaknya pergi ke Eropah. Mereka diantar oleh orang sampai ketengah hutan. Mereka   berjalan kaki selama dua hari dari Silindung ke Sibolga, Menjalani jalan setapak yang sangat sulit. Meraka menunggu keberangkatan dari Sibolga ke Padang selam dua minggu.
Tahun 1881
Menjelang Natal, Ingwer Ludwig Nommensen kembali ke Pearaja. Dia kembali sendirian, istrinya tinggal di Jerman karena masih perlu  perawatan. Anak-anaknya juga tinggal disana agar bisa sekolah dengan baik.
Tahun 1881
Kongsi Barmen menetapkan Ingwer Nommensen menjadi Ephorus pertama HKBP, dia digelari “Ompu i”
Tahun 1887
Karoline isteri Ingwer Ludwig Nommensen, meninggal di jerman, sebulan kemudian baru Ingwer Ludwig Nommensen mengetahuinya.
Tahun 1890 
Ingwer Ludwig Nommensen, memulai misinya ke Toba, Dia pindah ke Sigumpar.
Tahun 1891 bulam Mei
Christian, anak ompu Ingwer Ludwig Nommensen, mati terbunuh di Pinang Sori oleh lima orang kuli China di areal perkebunan.
Tahun 1892
Bersama Pendeta Johansen yang juga sudah menduda pergi ke Jerman untuk berlibur, menjenguk anak-anaknya, dan mencari pasangan baru untuk masing-masing misionar yang telah menduda. Ingwer Ludwig Nommensen mendapatkan jodohnya anak Tuan Harder  yang bernama Chiristine, Johansen mendapatkan jodohnya anak Tuan Heinrich yang Bernama Dora. Mereka Kembali ke Tanah batak dengan masing-masing pasangan barunya.
Tahun 1990 Permulaan Zending Batak
Tahun 1903 Permulaan Misi Zending ke Medan
Tahun 1904
Fakultas Thologia Universitas Bonn, Jerman  menganugerahkan gelar Doktor Honouris-Causa dibidang Theologi kepada Ingwer Ludwig Nommensen. Dalam pengukuhan tersebut Ratu Wilhelmina dari belanda turut diundang sebagai tamu.
Tahun 1905
Berkunjung ke Eropah bersama Tuan Raitze, dia mengunjungi misi Zending Di Belanda dan berkunjung kepada Ratu Wilhelmina.
Tahun 1909
Cristine Harder, isteri Ingwer Ludwig Nommensen meninggal dunia, setelah melahirkan tiga orang anak. Dia dimakamkan di Sigumpar. Dua anak perempuannya tinggal Di Jerman dan belum menikah sewaktu Ompu Ingwer Ludwig Nommensen meninggal pada umur 84 Tahun.
Tahun 1911
·           Pesta Jubeleum 50 Tahun HKBP. Pesta besar di onan sitaharu dihadiri puluhan ribu orang, ditempat dimana 47 tahun sebelumnya Ingwer Ludwig Nommensen mau dibunuh dan dipersembahkan kepada Sombaon Siatas Barita.
·           Ratu Wilhelmina dari Belanda menganugerahkan Bintang Jasa “Order Of Orange Nassau” kepada DR. Ingwer Ludwig Nommensen, sebuah bintang jasa yang dianugerahkan kepada orang orang yang dianggap luar biasa jasanya di bidang kemanusiaan.
Tahun 1912
Berlibur ke Eropah, kembali ke Tanah Batak bersama Tuan Pilgram yang telah lama bertugas di Balige.

Tahun 1916
Nathanel anak Ingwer Ludwig Nommenen, mati tertembak di arena perang dunia I di Prancis.
Tahun 1918, tanggal 23 Mei
Pukkul enam pagi hari Kamis, Ompu Ingwer Ludwig Nommensen pergi menghadap Tuhannya Di Sorga. Dia Menutup mata untuk selama lamanya setelah berdoa “Tuhan KepadaMU kuserahkan rohku, Amin”.
Pada Jumat sore, 24 Mei 1918
Ompu Ingwer Ludwig Nommensen dikubur di Sigumpar. Puluhan ribu datang melayatnya untuk mengucapkan salam perpisahan. Ada berkata : inilah kumpulan manusia yang paling banyak yang pernah terjadi di Tanah Batak.
Ringkasan ini diambil dari buku : DR I.L Nommensen Apostel ditanah Batak.